Sepak bola Malaysia sedang menghadapi masa-masa sulit, terutama akibat sistem pengelolaan yang kurang optimal di sejumlah klub lokal.
Sejumlah klub di Malaysia kini bergulat dengan masalah finansial yang serius, bahkan kesulitan untuk memenuhi kewajiban pembayaran gaji pemain.
Tercatat, setidaknya lima tim yang berkompetisi di Liga Super Malaysia dilaporkan mengalami penunggakan gaji.
Menurut berbagai sumber, total tunggakan gaji yang membebani klub-klub tersebut mencapai angka puluhan juta ringgit.
Setelah Bersinar di Liga Europa, Harry Maguire Dipastikan Akan Hadir di Malaysia
Kondisi terkini menunjukkan bahwa rata-rata pemain di klub-klub yang bermasalah ini menghadapi penundaan pembayaran gaji hingga enam bulan.
Saat ini, klub-klub tersebut berupaya keras untuk menuntaskan masalah ini sebelum batas waktu pengajuan lisensi nasional yang jatuh pada tanggal 10 Mei.
Perak FC bahkan telah mengambil keputusan berat untuk membatalkan partisipasi mereka dalam Liga Super Malaysia musim depan.
Datuk Seri Azim Zabidi, selaku tokoh penting di klub tersebut, menyatakan bahwa timnya terpaksa mundur akibat himpitan kesulitan keuangan.
Azim dilaporkan mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan segala upaya untuk memajukan tim.
Termasuk menginvestasikan hampir RM40 juta selama tiga tahun terakhir.
Permasalahan serupa juga memaksa pemilik Sri Pahang FC, Tengku Abdul Rahman Sultan Ahmad Shah, untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Masalah keuangan yang menahun juga dialami oleh Kelantan Darul Naim FC (KDN FC) dan Kedah Darul Aman FC (KDA FC).
Kedua klub ini berpotensi mengikuti jejak Sarawak United, Melaka United, dan Kelantan FC yang sebelumnya gagal memperoleh lisensi.
Krisis finansial yang melanda beberapa klub Malaysia ini telah menarik perhatian Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Namun, AFC memilih untuk tidak melakukan intervensi dalam urusan internal sepak bola Malaysia.
Keterpurukan Bukan Karena Lemahnya Mental, Peter Cklamovski Mengklaim Sepak Bola Malaysia Sudah Lama Tertidur
Hal ini dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal AFC, Datuk Seri Windsor Paul.
Beliau membenarkan bahwa AFC telah mengetahui tentang masalah keuangan yang semakin parah yang menimpa klub-klub di Malaysia.
Meskipun demikian, pihaknya memberikan keleluasaan dan kesempatan kepada badan yang lebih kompeten untuk menangani permasalahan ini.
Dalam hal ini, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan Liga Sepak Bola Malaysia (MFL) memegang peran sebagai operator liga.
“Kami tidak terlibat dalam urusan internal atau kejadian di dunia sepak bola Malaysia,” tegas Windsor kepada Arena Metro.
“Biarkan manajemen baru FAM dan MFL yang mencari solusi untuk masalah yang ada.”
“Kepemimpinan FAM yang baru juga harus diberi kesempatan untuk menyusun strategi yang efektif.”
“Dengan demikian, permasalahan keuangan dan tunggakan gaji tim Liga Super Malaysia dapat segera diatasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, beliau juga mengungkapkan penyesalannya atas pembubaran sejumlah klub akibat masalah keuangan yang kronis.
“Sungguh memprihatinkan ketika sebuah tim harus dibubarkan karena masalah keuangan yang menahun, karena hal itu merupakan sebuah kerugian,” pungkas Windsor.