Home / Uncategorized / Gen Z di Persimpangan Karier: Antara Gairah, Realitas, dan Harapan Orang Tua

Gen Z di Persimpangan Karier: Antara Gairah, Realitas, dan Harapan Orang Tua

Gen Z di Persimpangan Karier: Antara Gairah, Realitas, dan Harapan Orang Tua

Di tengah perubahan sosial dan ekonomi yang begitu cepat, Generasi Z (Gen Z) kini berada di titik kritis dalam menentukan arah karier. Bagi mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, memilih pekerjaan bukan hanya soal nafkah, tetapi juga identitas diri dan makna hidup.

Namun, dalam praktiknya, banyak dari Gen Z yang harus menghadapi konflik batin antara keinginan untuk mengejar passion , tekanan ekonomi, serta ekspektasi orang tua. Fenomena ini menjadi semakin kompleks dengan pengaruh media sosial yang memberikan gambaran ideal tentang dunia kerja.

Menurut hasil penelitian Shinta Octavia dan Wulan Purnama Sari (2022), sebagian besar Gen Z masih melihat pentingnya bekerja sesuai minat dan bakat sebagai jalan menuju kepuasan hidup. Namun, realitas finansial sering kali membuat mereka memilih jalur yang lebih stabil, seperti menjadi pegawai negeri sipil atau bergabung dengan perusahaan besar meski tidak sepenuhnya sesuai dengan passion.

Sebaliknya, ada juga yang nekat terjun ke bidang kreatif, seperti content creator , freelancer , atau wirausaha, meskipun risiko ketidakpastian tinggi. Keputusan ini tak jarang dipengaruhi oleh tren di media sosial, di mana profesi seperti YouTuber, desainer UI/UX, atau digital marketer dinilai lebih relevan dengan perkembangan zaman.

Riset Deloitte (2021) mencatat, lebih dari 60% Gen Z mengakui bahwa media sosial turut membentuk pandangan mereka tentang dunia kerja. Sayangnya, platform digital juga menimbulkan tekanan tersendiri karena linimasa penuh pencapaian orang lain yang bisa memicu rasa cemas dan rendah diri.

Meskipun tumbuh di era digital, sebagian besar Gen Z ternyata masih merasa terikat dengan harapan keluarga. Profesi dokter, insinyur, atau pegawai negeri masih dianggap sebagai pilihan “aman” dan prestisius oleh sebagian besar orang tua.

Kondisi ini menegaskan bahwa Gen Z tidak hidup dalam ruang kosong. Mereka adalah generasi yang berdiri di persimpangan antara idealisme dan pragmatisme, antara kebebasan berekspresi dan norma sosial yang masih kuat.

Dengan kesadaran akan pentingnya keseimbangan tersebut, diharapkan para pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan dapat lebih responsif dalam memberikan dukungan kepada Gen Z, baik secara emosional maupun struktural, agar mereka mampu menjemput masa depan yang sesuai dengan potensi dan aspirasi diri.

by : asta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *