Jakarta – Fenomena buzzer politik di Indonesia semakin hari kian terang benderang. Di balik dinamika politik nasional, kelompok ini memainkan peran penting dalam membentuk opini publik melalui media sosial. Tak hanya soal konten, tetapi juga strategi psikologi massa untuk menggerakkan emosi warganet.
Dalam dunia politik maupun bisnis, buzzer kerap digunakan sebagai alat untuk menciptakan narasi dominan di ruang digital. Mereka bekerja dengan pola tertentu, baik secara individu maupun dalam jaringan besar, demi memperkuat citra positif satu pihak sekaligus menjatuhkan lawan melalui hoaks, fitnah, atau ujaran kebencian.
Konten Emosional Jadi Andalan Buzzer
Menurut analis senior Drone Emprit, Nova Mujahid, unggahan buzzer biasanya lebih fokus pada konten yang bersifat emosional. Kata-kata yang dipilih sengaja memicu reaksi seperti kemarahan, ketakutan, atau kebencian guna menarik perhatian dan membangun persepsi tertentu di kalangan masyarakat.
“Kalau semakin beragam isi postingannya, maka semakin besar kemungkinan itu akun organik. Kalau berulang-ulang menyebarkan narasi serupa, besar kemungkinan itu akun buzzer,” ujar Nova saat memberikan analisis di Kompas TV.
Strategi Mass Psychology dalam Pembentukan Opini Publik
Buzzer tidak sekadar membagikan informasi. Mereka menggunakan teknik mass psychology untuk memanipulasi cara pikir publik. Narasi yang mereka sebarkan dirancang sedemikian rupa agar mudah viral, meskipun kadang jauh dari fakta sebenarnya.
Dalam dunia politik, buzzer digunakan untuk mendukung kampanye positif calon pemimpin atau partai tertentu. Namun tak jarang mereka juga memainkan peran hitam dengan menyebarkan disinformasi, hoaks, dan konten negatif terhadap pesaing politik.
Tarif Fantastis untuk Jasa Buzzer Profesional
Yang mengejutkan, industri buzzer ternyata memiliki skala tarif yang cukup fantastis. Meski sulit diakses publik, beberapa laporan menyebut bahwa biaya untuk layanan buzzer bisa mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah, tergantung cakupan kampanye dan jumlah akun yang digunakan.
Beberapa kelompok buzzer bahkan memiliki tim lengkap mulai dari penulis narasi, editor, hingga operator media sosial yang bertugas memviralkan konten.
Waspada Menghadapi Era Informasi Palsu
Fenomena buzzer menjadi tantangan besar bagi masyarakat dalam menghadapi era informasi yang begitu deras. Literasi digital pun menjadi penting agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi yang belum tentu benar.
Pemerintah, lembaga pendidikan, serta organisasi sipil tengah giat melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum mempercayai atau membagikannya.
by:gibran
