Prakarsa Warga, Jakarta – Setelah melalui proses konklaf yang khidmat, Dewan Kardinal akhirnya menetapkan Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat sebagai Paus terpilih, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia. Kardinal Prevost kini memegang tampuk kepemimpinan Takhta Suci dan memilih nama Paus Leo XIV.
Pilihan editor: Cara Kerja Biometrik Mata Worldcoin untuk Dompet Digital
Kendati demikian, terpilihnya Kardinal Prevost sebagai Paus baru tak luput dari sorotan. Beberapa kritik muncul terkait catatan masa lalunya, terutama mengenai penanganan kasus dugaan pelecehan seksual yang pernah menyeret namanya. Sebelum menduduki posisi puncak hierarki Gereja Katolik, Robert Prevost memang menghadapi sejumlah pertanyaan seputar responsnya terhadap laporan pelecehan seksual.
Salah satu kasus yang mencuat adalah insiden di Chicago sekitar 25 tahun silam. Saat itu, ia diduga mengizinkan seorang imam yang terbukti bersalah melakukan pelecehan terhadap anak di bawah umur untuk tinggal berdekatan dengan sebuah sekolah dasar Katolik.
Selain itu, selama masa tugasnya di Peru, ia dianggap kurang responsif dalam membuka investigasi terhadap dua pastor yang dituduh melakukan pelecehan terhadap tiga perempuan muda. Prevost dituding memberikan informasi yang tidak memadai kepada Vatikan, yang mengakibatkan kasus tersebut tidak ditangani secara tuntas. Namun, pihak Vatikan telah membantah semua tudingan tersebut.
Menanggapi isu ini, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Monsinyur Antonius Subianto Bunjamin, mengimbau umat untuk tetap tenang. Ia mengaku belum sepenuhnya mengetahui detail informasi tersebut, namun berharap tuduhan-tuduhan itu tidak terbukti kebenarannya.
“Paus bukanlah sosok dengan super power, bukan pula seorang superman. Paus adalah seorang murid Kristus yang dipilih untuk menjadi gembala, dan kekuatannya berasal dari Allah,” kata Monsinyur Anton di Kantor KWI, Menteng, Jakarta Pusat, pada hari Sabtu, 10 Mei 2025.
Uskup Keuskupan Bandung itu kemudian mengisahkan perjalanan hidup Santo Petrus. Petrus, seorang nelayan, adalah salah satu dari 12 murid utama Yesus. Meskipun demikian, Petrus pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.
Penyangkalan Petrus ini seringkali dibandingkan dengan pengkhianatan Yudas Iskariot. Perbedaannya adalah Petrus bertobat dan kemudian dipulihkan oleh Yesus menjadi pemimpin pertama Gereja Katolik. “Sekalipun ada kekurangan, kami tidak khawatir, karena Roh Kudus akan senantiasa meneguhkan dan menguatkan,” ujar Monsinyur Anton menanggapi kontroversi seputar Paus Leo XIV.
Menurutnya, terpilihnya seorang Paus bagi umat Katolik bukanlah semata-mata pilihan manusia. “Melainkan pilihan Allah melalui perantaraan manusia,” tegasnya. Paus terpilih, lanjut Anton, adalah figur yang memang dibutuhkan oleh Gereja dan dunia pada saat ini.
Ia pun meyakini bahwa Kardinal Prevost akan melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus. Ia bahkan menyebut Kardinal asal Amerika Serikat yang memilih nama kepausan Leo XIV itu sebagai refleksi dari mendiang Paus Fransiskus.
“Seolah-olah beliau adalah kembaran Paus Fransiskus yang lebih muda, dengan kesederhanaan hidup, empati yang mendalam, kesucian, dan dedikasi yang terpancar dari pribadi Kardinal Robert Francis Prevost,” ungkap Monsinyur Anton.
Ia juga menilai bahwa pemilihan nama kepausan Leo memiliki makna tersendiri. Nama tersebut merujuk pada Paus Leo XIII, penulis ensiklik Rerum Novarum pada Mei 1891. Dokumen penting ini menandai tonggak awal doktrin sosial modern Gereja Katolik.
Monsinyur Anton menjelaskan bahwa seluruh ajaran sosial Gereja saat ini, termasuk ajaran yang diusung oleh Paus Fransiskus, berlandaskan pada ensiklik tersebut. “Maka, saya menduga bahwa beliau ingin melanjutkan karya pastoral Paus Fransiskus dengan semangat pembaharuan yang dibawa oleh Paus Leo XIII,” ujarnya.
Monsinyur Anton optimistis bahwa apa yang telah diperjuangkan selama 12 tahun kepemimpinan Paus Fransiskus akan dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan oleh Paus Leo XIV. “Bahkan lebih diintensifkan dengan energi yang luar biasa, karena Paus Leo jauh lebih muda dibandingkan Paus Fransiskus,” imbuhnya.
Dengan terpilihnya Kardinal Prevost, Monsinyur Anton berharap Gereja Katolik akan semakin bersemangat menyuarakan suara kenabian untuk mewujudkan perdamaian dunia dan membela mereka yang miskin, lemah, serta menderita.
Kardinal Robert Francis Prevost, yang berasal dari Chicago, Illinois, terpilih sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik melalui konklaf yang dimulai pada 7 Mei 2025. Kardinal berusia 69 tahun itu menjadi Paus ke-267 dan merupakan Paus pertama dari Amerika Serikat yang menduduki Takhta Suci.
Pengumuman terpilihnya Paus Leo XIV disampaikan secara resmi oleh Kardinal Protodiakon Dominique Mamberti dari balkon Kapel Sistina, Kota Vatikan, pada Kamis, 8 Mei 2025, waktu setempat. Dalam pengumumannya, Mamberti menyatakan, “Aku memberitakan kepadamu suka cita yang besar. Kita memiliki seorang Paus: Tuan yang Maha Terkemuka dan paling terhormat, Robert Francis, Kardinal Gereja Roma Suci Prevost yang telah memilih nama Paus Leo XIV.”
Pilihan editor: Istana: Peringatan Prabowo Soal Ancaman Perang Terbukti