Papua Barat – Raja Ampat, destinasi wisata unggulan Indonesia yang terkenal dengan kekayaan bawah lautnya, kini berada di ujung tanduk. Rencana pengembangan tambang nikel di wilayah tersebut memicu kontroversi besar di kalangan aktivis lingkungan hingga masyarakat lokal.
Greenpeace Indonesia mencatat adanya kerusakan lingkungan yang sudah terjadi akibat aktivitas tambang di sekitar kawasan ini. Jika tidak dikendalikan, dampaknya bisa jauh lebih buruk, terutama bagi ekosistem laut yang menjadi daya tarik utama Raja Ampat sebagai destinasi wisata dunia.
Ironisnya, sementara gambar ikonik Pianemo dari Raja Ampat terpampang megah di uang kertas pecahan Rp100.000, potensi ancaman nyata datang dari lokasi tak jauh dari sana. Pulau Gag, sebuah pulau yang dulunya menjadi tempat konservasi penyu, kini telah mengalami kerusakan serius akibat tambang nikel.
Selain itu, destinasi wisata Wayag yang terkenal dengan gugusan bukit karstnya juga terancam. Hanya berjarak 24 kilometer dari lokasi tersebut, aktivitas penambangan di Pulau Kawe mulai merambah area yang kaya akan biodiversitas laut dan darat.
Arie Rompas, Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, menyampaikan keprihatinannya atas situasi yang semakin memburuk.
“Saat ini, Raja Ampat dikenal sebagai salah satu destinasi alam terbaik di Indonesia, khususnya dari segi terumbu karang yang masih relatif utuh. Namun jika ekspansi tambang nikel terus dilanjutkan tanpa pertimbangan lingkungan, maka semua itu bisa hilang,” tegas Rompas.
Menurutnya, Pulau Kawe merupakan salah satu contoh kritis. Hampir seluruh wilayah pulau kecil ini telah diberikan izin eksploitasi oleh pemerintah untuk penambangan nikel. Hal ini membahayakan ekosistem sekitarnya yang sangat sensitif dan penting bagi rantai makanan laut.
“Kalau kita lihat dari izin yang dikeluarkan, hampir seluruh pulau ini masuk dalam konsesi tambang. Artinya, jika semua izin dieksekusi, maka habislah potensi alam di sini,” tambahnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Pulau Gag, yang sejak lama menjadi lahan tambang milik PT Antam. Aktivitas penambangan di sana tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengganggu kehidupan warga setempat.